Sunday, January 5, 2014

Thank you, 2013

Tahun 2013 lalu mungkin memang jadi tahun tersulit bagiku. Tapi juga tahun dimana aku menemukan (lagi) titik perubahan.

Setengah windu, rasanya buang-buang waktu. Ya. Aku menyadarinya tahun lalu. Hingga di awal tahun 2013, aku mematahkan apa yang harus aku patahkan, aku membangun apa yang harus aku bangun, dan aku merajut apa yang sudah seharusnya sejak dulu aku rajut.

Mematahkan rasa kebergantungan terhadap seseorang. Setengah windu hidup ini "diatur" oleh orang yang sebenarnya tidak punya hak sama sekali untuk "mengatur" hidupku. Tapi di 2013, sudah aku patahkan.

Membangun rasa percaya diri yang direnggut oleh orang lain. Setengah windu rasa percaya diriku seolah hilang. Merasa takut dianggap salah oleh dia. Harus melakukan apa yang dia mungkin suka. Tapi pada akhirnya, salah juga. Percaya diri ini seperti runtuh. Tapi di 2013, sudah aku bangun kembali.

Merajut persahabatan dengan yang memang layak disahabati. Setengah windu (merasa) bersahabat dengan orang yang sama sekali tidak menganggapku sahabat, atau mungkin dianggap berarti pun tidak. Mungkin bukan "bersahabat dengan orang yang salah", tapi "bersahabat dengan yang tidak layak menjadi sahabat." Tapi di 2013, sudah kurajut kembali, persahabatan, dengan mereka yang memang layak aku jadikan sahabat.

2013, tahun dimana aku merasakan kejatuhan terbesarku, tapi juga achievment terbesarku. Kejatuhan? IP yang buruk, family things, love life, friendship. Ya.. itu mungkin yang jadi stressor-ku tahun lalu.
Achievement? Pengalaman kepanitiaan dan organisasi yang melesat, leadership camp, bertemu banyaaak sekali orang baru dari seluruh Indonesia, and become the-better-me.

Yang terakhir itu mungkin pengaruh dari leadership camp yang pernah aku ikuti. And so, I can become the-better-me. Bahkan seorang sahabatku pernah berkata, "Lu berubah banget setelah ikut camp itu, Bey!" Thanks, God. Alhamdulillah.

2013.
- Pergi ke acara Tatap Muka Karya Salemba Empat Universitas Gadjah Mada di Jogja.
- Dipilih untuk jadi koordinator medik dan konsumsi di kegiatan ospek fakultas.
- Pertama kali ikut pelatihan Emotional First Aid
- Dipilih untuk jadi pengurus Paguyuban KSE Unpad, sebagai sekretaris
- Dipilih untuk jadi salah satu peserta di Mandiri Leadership Camp
- Dan... berhasil move up dari yang memang harus ditinggalkan

Memutuskan untuk mendaftar lagi beasiswa Karya Salemba Empat di tahun 2013 lalu, mungkin jadi salah satu keputusan terbaikku. Karena aku merasakan semua manfaatnya sekarang. Sharing-Networking-Developing. Ya. KSE sudah memberikan ketiga janjinya padaku. Sekarang, giliranku, memberikan yang terbaik, untuk diriku, orang tuaku, almamaterku, dan KSE :)

Welcome, 2014. I'm not gonna wishing you to be nice to me, but I wish I can enjoy my struggle to reach my success even more than last year.
Bella Fariza Hanifa
Bandung, 5 Januari 2014

Saturday, January 4, 2014

Selamat pagi, Embun

It's a drop of morning dew
Why have you gone out of view
Wouldn't you be here to face a new
Day smiling at you

Will the sun be bright and shine
Or the clouds will overshadow your day tomorrow
With feeling of sadness and sorrow

I'll set a sail to a sea of dreams
And fantasies whirl with the wind
It's mistery of The Almighty

It's in my life, my heart, my soul, my sense of love
There I will try to find a peace of mind
and in my life my heart my soul my sense of love
the living pearls of live for me to find in my mind
so my heart won't go blind in my life

Drops of fresh morning dew
I'll be waiting here for you
only god knows how tomorrow will be like for you and for my life


Sherina - My Life


Bella Fariza Hanifa
Bandung, 5 Januari 2014

Senja dan Si Gadis Ceria

"Thanks God, that I could met those awesome people on the recent month. Now, I really enjoy my struggle to reach my success."

Masalah itu memang selalu ada. Tapi memperjuangkan sesuatu, bertahun-tahun, untuk sesuatu yang pada akhirnya harus kau lepas begitu saja, menyebalkan, bukan?

Tentu saja. Entah berapa lama hingga aku bisa kembali menjadi si gadis ceria. Mungkin, seperti di lagu Jar of Heart - Christina Perry "And it took so long just to feel alright. Remember how to put back the light in my eyes." Haha. Lebay sih. Tapi memang untuk bangkit, atau bahasa kerennya move up, dari sesuatu yang membuat kita sangat jatuh itu luar biasa sulit. Tapi tetap bisa dilakukan. Pasti bisa!

Di tengah struggle yang sedang aku lakukan untuk move up, aku dipertemukan dengan mereka. Mereka? Orang-orang yang menaikkan semangatku hingga menjadi 100% kembali. Sulit kujelaskan. Tapi bertemu dengan mereka, mungkin salah satu cara Tuhan untuk menyulut semangatku lagi. Semangat yang sudah hampir habis menguap bersama menguatnya rasa tidak peduli dalam diri ini.

Tidak pernah habis. Sudah hampir dua bulan sejak pertemuanku dengan mereka. Setiap berkomunikasi dengan mereka, dimanapun, baik di Facebook, Line, Whatsapp, Twitter, atau apapun, aku selalu merasa senang. Seringkali, kekonyolan mereka di grup sosial media tersebut menjadi alasan senyuman pertamaku di hari itu.

Karena aku merasa semua motivasi yang keluar dari mereka, sangat tulus. Menyuarakan semangat. Mengingatkan tentang sumpah palapa yang sama-sama kami buat. Semuanya. Terasa tulus. Dan sampai ke hati.

Mereka sangat tahu, aku sangat menyukai senja. Ya, mereka sering menggodaku karena hal itu. Bahkan aku 'terlibat' dalam gosip yang cukup menyebalkan karena itu. Haha. Tapi entah kenapa aku tidak pernah terganggu. Aku justru merasa sangat diperhatikan. Lol.

Sampai satu hari, banyak dari mereka, menghujaniku dengan foto-foto senja yang mereka punya. Membanggakan senja dari kotanya masing-masing. Aku? Terharu :') Mereka kirimi foto-foto senja itu di grup line, grup whatsapp, chat facebook, bahkan ada yang bersedia mengirimnya lewat email.

Ya. Mereka tahu aku sangat menyukai senja. Mereka sangat mengerti.

Dan untuk hal-hal 'romantis' sesimpel itu, terima kasih. Karena hal sekecil itu, justru yang membuatku terus mendapat semangat dan tersenyum. Semua senja yang kalian kirim, akan jadi 'perpustakaan' pribadi bagiku.

Terima kasih, teman-teman. Terima kasih, bintang. Terima kasih, senja. :)

Masalah itu selalu ada. Tapi selalu ada solusinya. Jadilah positif-thinker, dan bersamalah dengan orang-orang yang membuatmu selalu berpikir positif.
"Jadilah si gadis ceria selamanya!"

Bella Fariza Hanifa
Bandung, 4 Januari 2014

Wednesday, November 27, 2013

99 Cahaya Mandiri Leadership Camp Batch 2

Semangat pagi! Pagi! Pagi! Pagi!

Ucapan salam yang selalu terngiang akhir-akhir ini. Kenapa? Karena selama 4 hari, aku dibuat terbiasa mendengar kata salam penuh semangat itu setiap saat. Semangat pagi. Itu artinya, kapanpun kata itu diucapkan, semangat yang dikeluarkan harus sama seperti di pagi hari, fresh dan masih full.
Empat hari. Ya. Salah satu empat hari terbaik dalam hidup. Empat hari yang hanya berawal dari kenekatan seorang gadis menjalaninya, berubah menjadi tekad bulat, kini.

MANDIRI LEADERSHIP CAMP BATCH 2
Awalnya aku memang tidak tertarik sama sekali mengikutinya. Tertarik? Haha. Bahkan terlintas di pikiran pun tidak pernah. Bagaimana bisa seorang Bella Fariza Hanifa, gadis bertubuh kecil, yang kadang diacuhkan oleh orang lain, harus tertarik pada sebuah camp kepemimpinan? Haha. Mungkin diriku yang dulu akan menertawakan ini.

Aku ditakdirkan untuk menerima (kembali) beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) tahun 2013 ini. Setelah satu tahun menjadi penerima, aku diberi kesempatan lagi untuk menerima bantuan finansial ini. Tekad-ku sejak awal, jika aku diterima lagi menjadi penerima KSE, aku akan menjadi pengurus paguyuban KSE Unpad. Aku akan, harus, dan pasti bisa diterima. Itu yang aku yakini. Tekad-ku sudah bulat. Akhirnya, saat open recruitment pengurus pertama kali dibuka, aku langsung mendaftarkan diri dengan mengirimkan CV. Bahkan saat waktu wawancara tiba, aku menjadi orang yang paling pertama hadir di Rujak (sekre paguyuban KSE Unpad). Sebegitu besarnya tekad-ku untuk menjadi bagian dari pengurus paguyuban KSE Unpad. Aku masih ingat dua orang hebat yang mewawancaraiku saat itu, Nuri Handayani (Fapsi 2009) dan Enang Saepuloh (FMIPA 2009). Dua orang yang sudah aku kenal selama satu tahun.
Beberapa hari kemudian, pengumuman muncul di grup FB KSE Unpad. Pengumuman siapa saja yang ditakdirkan untuk menjadi pengurus paguyuban KSE Unpad 2013/2014. Namaku, tentu saja, tercantum di sana. Alhamdulillah. Keyakinan ini membuahkan hasil.

Pertemuan pertama, kami mendengar visi dan misi dari ketua baru kami, yaitu Febrian Rizkianto (FMIPA 2010). Setelah itu barulah kami melakukan staffing. Dengan menggunakan proses “kekeluargaan” aku 
ditakdirkan untuk menjadi seorang sekretaris. Pengalaman pertama? Ya. Tapi aku harus siap.

Masih belum terpikir untuk mengikuti leadership camp manapun. Tapi entah kenapa, saat ada pengumuman pendaftaran Mandiri Leadership Camp Batch 2 (MLC), hati ini bergetar. Aku ingin mendaftar. Tapi entah apa yang menghalangi diri ini. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk tidak mendaftar.

Hari Kamis, 14 November 2013 mungkin merupakan salah satu hari bersejarah bagiku. Karena di hari itu tiba-tiba saja aku bertekad untuk ikut mendaftar MLC. Terlebih Kak Enang mengatakan bahwa aku akan mendapatkan surat rekomendasi jika aku memang mendaftar MLC karena aku seorang pengurus paguyuban. Semakin kuat-lah tekad ini untuk mendaftar. Seolah lupa, bahwa jika aku mengikuti MLC, aku akan meninggalkan 1 praktikum dan 2 bimbingan. Dengan dukungan banyak pihak juga, akhirnya aku mengirimkan CV dan essay sebagai tanda aku mendaftarkan diri.

Dua hari kemudian, pengumuman MLC Batch 2 muncul. Dengan semangat aku membuka file berisi nama-nama orang yang terpilih menjadi peserta MLC Batch 2. Dan, namaku tidak ada. Ya. Aku tidak diterima. Sedih? Mungkin. Tapi aku lebih merasa menyesal, kenapa tidak sejak awal aku mendaftar. Mungkin saja aku tidak diterima karena aku mendaftar tepat saat deadline. Tapi ya sudahlah, positifnya aku bisa tetap mengikuti praktikum (pikirku saat itu).

Hari Senin, 18 November 2013, aku masih menganggap semuanya normal-normal saja. Sampai akhirnya, sekitar jam 6 sore, ada telepon masuk dengan nomor tidak dikenal. Ternyata yang menghubungiku adalah pihak yayasan KSE yang menawarkan padaku bahwa aku bisa mengikuti MLC Batch 2, karena salah satu peserta ada yang tidak bisa hadir karena satu dan lain hal. Tanpa pikir panjang, aku langsung menjawab “iya, saya bersedia.”

Nekat? Ya. H-2 (sore) aku baru dinyatakan sebagai salah satu peserta MLC. Nekat, karena berarti dalam waktu 1 hari 1 malam, aku harus menyelesaikan surat izin, perlengkapan, dan tugas-tugas selama aku akan meninggalkan perkuliahan. Tapi entah kenapa, keinginan ini begitu kuat. Saking kuatnya, hingga aku dengan cepat bisa melengkapi perlengkapan dan surat izin yang dibutuhkan. Tugas? Selesai, dengan bantuan teman-teman yang lain, aku bisa menyelesaikannya tepat waktu. Terima kasih :)

Apa yang terjadi selama di MLC? Entah aku harus memulai dari mana. BANYAK. Ya, itu satu kata yang menggambarkan semuanya. Banyak yang aku korbankan tapi lebih banyak lagi yang aku dapatkan. Karena di MLC, 99 calon pemimpin hebat berkumpul dan menjadi sebuah keluarga. 99 cahaya di langit Bogor, di langit Indonesia. Hehe.

Sulit jika harus menguraikan apa yang terjadi selama menjalani 4 hari itu. Karena terlalu banyak yang harus ditulis. Sekarang, aku hanya ingin menuliskan apa yang tidak sempat terucapkan kepada mereka. Mereka? 98 calon pemimpin hebat di masa depan.

Spesial, untuk kuartet kesayangan yang selama 4 hari menjadi orang-orang paling care.
Bekti B. Mahardika, Belly Profilyanti, Awad Bin M. Alkatiri

Terima kasih. Terima kasih untuk 4 hari yang luar biasa. Hukuman zona merah? Kita rasakan semuanya. Saat salah satu atau salah dua masuk zona merah, yang lain berkata “its ok. Its ok” dan kita menjalani hukumannya dengan perasaan senang. Terima kasih untuk jalan jongkok sambil meneriakan mars MLC bersama-sama. Terima kasih untuk kesediaan menyeburkan kaki ke kolam lalu berteriak “INI ZONA MERAH TERAKHIR SAYA!” sebanyak 2000 kali bersama-sama. Terima kasih untuk kesediaannya tidur di luar kamar, tanpa mengeluh, walaupun cuaca yang sangat sangat sangat dingin.  Terima kasih untuk selalu siap beranjak dari tempat duduk, jika salah satu dari kita ada yang ingin ke toilet. Terima kasih untuk air mata yang kalian bagi. Terima kasih untuk semuanya. Terima kasih :)


Dear Belly, maaf jika awalnya aku banyak mengeluh, banyak mengkritik, tanpa mau melakukan perubahan. Kamu tau, kamu mengajarkanku untuk tetap berpikir positif, tidak mengeluh, dan selalu moving forward apapun kondisinya. Terima kasih sudah berkata, “Gak apa-apa. Jangan keluhin hukumannya, sekarang kita pikirin mau presentasi apa.” Kamu mengajarkanku banyak hal, bahkan mungkin tanpa kamu menyadarinya. Terima kasih, kembaran :)

Dear Bekti, maaf jika aku membuatmu kurang nyaman di awal. Tapi, kamu tau, kamu mengajarkanku apa itu bangkit, semangat, dan move on. Saat kamu ada di zona merah, sedang aku ada di zona biru, aku iri. Iri dengan semangatmu. Bahkan mungkin aku rela menukarkan pita biru dengan pita merah, jika dengan itu aku bisa merasakan semangat yang sama denganmu. Terima kasih, untuk senyuman semangat yang selalu kamu tampilkan. Kamu mengajarkanku banyak hal, bahkan mungkin tanpa kamu menyadarinya. Terima kasih, Bekti :)

Dear Al, maaf kalau aku sering negur bahkan mungkin terkesan galak. Hehe. Terima kasih untuk kepolosan yang melekat erat itu. Kamu tau, kamu memang lebih sering diam, bahkan kamu sempat tertidur saat materi. Kamu tidak terlihat aktif, lebih sering terlihat mengantuk. Tapi sekarang aku tau, kamu memang tidak tampil di depan publik, tapi kamu dibutuhkan oleh banyak orang. Aku tidak perlu tanya berapa kartu kehidupan yang kamu dapat malam itu. Banyak, bukan? Bahkan kamu salah satu yang mendapat kartu kehidupan yang banyak. Kamu dibutuhkan, Al, oleh banyak orang, bahkan dalam diammu. Terima kasih, sudah mengajarkan aku banyak hal, bahkan mungkin tanpa kamu sadari. Terima kasih, Al :)


Mereka bertiga, mungkin akan jadi 3 orang pertama yang aku rindukan jika mengingat tentang MLC. Maaf ya, aku gak membalas kartu kehidupan yang kalian bertiga berikan. Karena aku yakin, kalian selalu layak untuk hidup, tanpa perlu aku berikan kartu kehidupanku. Terima kasih, kuartet AB3 :) Hehe.

Dear KM, oke menyebut nama kamu di sini emang sedikit random. Terima kasih, sudah mengatakan dua kata yang menyadarkanku banyak hal, malam itu. Saat sesi kartu kehidupan, kamu tidak begitu saja melewatiku dan berkata “kamu mati”. Kamu tau, saat kamu berdiri di hadapanku dan berkata “Lebih sensitif. Bella, kamu mati.” Aku tertegun beberapa saat. Lebih sensitif? Aku tidak mengerti. Sampai akhirnya, keesokan harinya, aku memberanikan diri bertanya apa maksudnya. 
"Kamu harus lebih sensitif. Aku tau kamu sensitif, aku tau kamu itu selalu memperhatikan yang lain, walaupun kamu diam. Iya kan? Tapi pernah gak, saat kamu memperhatikan, lalu kamu membandingkannya dengan dirimu sendiri?”
Aku mengerti, terima kasih, kamu megajarkanku banyak hal, bahkan mungkin tanpa kamu menyadarinya. Terima kasih, KM :)

Dear Indah, aku kaget. Hehe. Aku tidak pernah menyangka kamu akan berikan salah satu kartu kehidupan kamu untukku. Terima kasih. Awalnya aku bahkan tidak menemukan alasan kenapa kamu rela memberi kartu itu. Tapi kamu mengajari aku hal penting yang sering aku lupakan. Saat kita tulus menolong orang lain, tunggulah saatnya, sampai orang itu akan membalas ketulusanmu. Terima kasih, kamu mengajarkanku banyak hal bahkan mungkin tanpa kamu menyadarinya. Kamu selalu layak untuk hidup. Terima kasih, Indah :)


Dear 93 pemimpin hebat lainnya. Akan memakan waktu yang sangat lama jika harus menyebutkan kalian satu persatu di sini. Hehe. Untukku, kalian bukan teman. Aku tidak pernah mendapatkan teman dari MLC. Tapi kalian itu keluarga. Keluarga yang sangat aku sayangi. Ya, aku memang mudah menyayangi orang, tapi 4 hari adalah waktu yang cukup untuk membuatku yakin bahwa kalian adalah keluargaku :) Terima kasih, untuk semua kebersamaan, semua tawa, semua beban berat yang kita pikul sama-sama, semua kebahagiaan, semua senyuman itu, terima kasih.
Tidak ada yang kebetulan. Semua yang terjadi memang sudah ditakdirkan terjadi pada kita. Bertemu kalian pun adalah sebuah takdir. Dan semoga ada takdir lain yang akan mempertemukan kita semua lagi saat kita sudah meraih kesuKSEsan kita masing-masing. Aamiin.

Tetaplah bersinar, 99 cahaya di langit Indonesia :)


Tatap mata yang tajam
Sikap penuh Wibawa
Semangat berkobar di dada

Berat sama dipikul
Ringan sama dijinjing
Patah tumbuh hilang berganti

Walau badan hancur lebur
Maju terus pantang mundur
Kesetiaan kami takkan luntur
Mandiri leadership, Mandiri leadership
Mandiri, ayo kita maju!

Bella Fariza Hanifa

Jatinangor, 27 November 2013

Tuesday, September 24, 2013

Jar Of Hearts

No, I can't take one more step towards you
Cause all that's waiting is regret
Don't you know I'm not your ghost anymore
You lost the love I loved the most
I learned to live half alive
And now you want me one more time

And who do you think you are?
Runnin' 'round leaving scars
Collecting your jar of hearts
And tearing love apart
You're gonna catch a cold
From the ice inside your soul
So don't come back for me
Who do you think you are?

I hear you're asking all around
If I am anywhere to be found
But I have grown too strong
To ever fall back in your arms

And I've learned to live half alive
And now you want me one more time

And who do you think you are?
Runnin' 'round leaving scars
Collecting your jar of hearts
And tearing love apart
You're gonna catch a cold
From the ice inside your soul
So don't come back for me
Who do you think you are?

And it took so long just to feel alright
Remember how to put back the light in my eyes

I wish I had missed the first time that we kissed met
'Cause you broke all your promises
And now you're back
You don't get to get me back

And who do you think you are?
Runnin' 'round leaving scars
Collecting your jar of hearts
And tearing love apart
You're gonna catch a cold
From the ice inside your soul
So don't come back for me
Don't come back at all


Untuk yang berkelopak dan yang berwarna

Friday, July 26, 2013

My Day; 24 Juli 2013

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Wah tidak terasa sudah setahun sejak aku menulis "My Day; 24 Juli 2012"

20 tahun.
Sempat kaget juga saat mengingat diri ini sudah memasuki usia kepala-dua. Di Jepang, umur 20 itu adalah tanda bahwa kita sudah bisa disebut orang dewasa.

Dewasa. Wah sepertinya aku masih jauh dari hal itu. Karena bagiku, dewasa itu bukan dilihat dari usia, tapi dari sikap dan perilaku kita sehari-hari menjalani hidup.



***

Thursday, July 4, 2013

Jangan Kembali Lagi

Langit gelap terus menurunkan air matanya. Di malam hari. Diam-diam.

Bukan. Bukan langit yang menangis. Tapi setitik cahaya itu. Mencoba menarik perhatian siapapun (yang peduli) untuk melihatnya.

Ah, ternyata tangisannya tetap bertahan hingga kini. Entah, entah sudah berapa windu ia membendung awan mendung itu. Kini, satu per delapannya telah berubah wujud menjadi zat cair yang dengan derasnya keluar tanpa seizin pemiliknya.

"Ada apa? Mengapa sinarmu redup?"
"Karena sudah saatnya, mungkin"
"Saatnya?"
"Sudah saatnya untuk pergi"
"Tapi.. kenapa?"
"Karena aku sudah tidak bisa menciptakan kebahagiaanku di sini. Bertahun-tahun. Sudah cukup. Dan bunga sudah mulai mekar dengan segarnya. Secepat angin, kau pun tergoda untuk memetiknya kan? Sedangkan aku, hanya setitik noda di langit, yang kadang tak terlihat, dan terlalu antagonis."
"Ya. Kalau begitu pergilah. Memang tidak akan pernah ada tempat di sini. Pergilah, dan tolong, jangan kembali lagi."

***

Bumi Allah, 25 Sya'ban 1433 H
Bandung, 4 Juli 2013 M
Bella Fariza Hanifa

Saturday, March 30, 2013

Percaya

Hari ini aku tergelitik dengan ungkapan seseorang. Mengenai sesuatu yang dinamakan "kepercayaan".
Bukan tentang agama. Ini tentang kepercayaan kepada makhluk-Nya.

Sebelum membahas itu, aku ingin berbagi sebuah cerita. Cerita tentang kepercayaan.
Dulu aku memiliki satu orang yang sangat aku percaya. Hampir semua aku ceritakan. Mulai dari masalah pelajaran, organisasi, bahkan tentang orang yang aku kagumi. Aku merasa dia orang yang sangat membuatku nyaman dengan kelembutan dan kesabarannya mendengar ceritaku yang tak henti mengalir setiap hari, terutama tentang seseorang yang aku kagumi. Aku sering bermain ke rumahnya. Bahkan hingga menginap. Dan di sela-selanya selalu ada celotehanku mengenai seseorang yang aku kagumi. Dan lagi-lagi, dia mendengarkan dengan baik.

Disitulah kepercayaanku padanya benar-benar memuncak 100%. Sampai aku pernah berpikir, aku akan "lari" kepadanya jika orang yang aku kagumi itu ternyata menikah dengan orang lain. Ya. Sangat percaya.

Tapi semua itu hancur. Karena satu hal kecil, yang sangat fatal buatku. Satu hal kecil yang mungkin sepele bagi orang lain, tapi sangat menyakitkan bagiku. Satu hal, yang dia lakukan, di depan mataku. Entah saat itu ia tahu apa yang ia lakukan atau tidak. Tapi kepercayaanku hancur saat itu. Pertama kalinya.

Aku mencoba biasa, dan tetap bercerita padanya. Tapi ternyata apa yang dulu dia lakukan, di depan mataku, terus berlanjut. Hingga keadaannya semakin membuatku sakit. Ya. Sepele. Tapi hati ini tidak merasa sesimpel itu. Hati ini seperti mengeluarkan racun kompleks yang sulit diuraikan. Rasa sakit itu sudah terlanjur menyelimuti. Pikiran buruk sudah terlanjur terbayang. Dan apa yang dia lakukan hanya memperburuk pikiranku tentangnya.

Dari situlah. Kepercayaanku mulai benar-benar hilang.

Aku memaafkannya. Meski dia mungkin tidak pernah merasa bersalah.
Aku memaafkannya. Meski dia tidak memintanya.
Aku memaafkannya. Meski dia tetap melanjutkan hal yang menusuk itu.

Tapi tembok yang sudah dipaku, meskipun pakunya dicabut, tidak akan sama seperti dulu. Tetap akan ada bekas.

PERCAYA itu BUKAN hal yang bisa ada begitu saja. PERCAYA itu datang dari proses. Pertanyaannya bukanlah "Apa kamu gak bisa percaya dengan orang dalam lingkaranmu?" tapi pertanyaannya adalah "Apakah kamu bisa menjadi orang yang pantas untuk dipercaya oleh orang lain?"

Ya. Jika kamu ingin orang lain percaya pada dirimu, buatlah dirimu PANTAS untuk dipercaya. Karena saat orang lain justru memilih untuk bercerita pada lingkaran lain, bisa jadi itu karena dia tidak menemukan kepercayaan itu dalam lingkarannya. Atau saat dulu dia percaya, tapi kepercayaan itu justru dihancurkan. Sengaja ataupun tidak sengaja. Dan sebaik apapun kita memperbaikinya, tetap akan ada yang berubah.

Jangan tuntut sebuah kepercayaan. Karena seperti halnya teman, percaya itu tidak muncul begitu saja. Tapi dia hadir dari sebuah proses. Dan hati kita akan bisa memilih orang yang pantas untuk kita percaya, dan tidak.

Percaya itu bukan tentang orang lain, tapi tentang dirimu. Pantaskan dirimu untuk dipercaya, dan kepercayaan itu akan datang dengan sendirinya.


Bella Fariza Hanifa
Bandung, 30 Maret 2013
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Spinning Blue Star With Falling Stars