Thursday, July 4, 2013

Jangan Kembali Lagi

Langit gelap terus menurunkan air matanya. Di malam hari. Diam-diam.

Bukan. Bukan langit yang menangis. Tapi setitik cahaya itu. Mencoba menarik perhatian siapapun (yang peduli) untuk melihatnya.

Ah, ternyata tangisannya tetap bertahan hingga kini. Entah, entah sudah berapa windu ia membendung awan mendung itu. Kini, satu per delapannya telah berubah wujud menjadi zat cair yang dengan derasnya keluar tanpa seizin pemiliknya.

"Ada apa? Mengapa sinarmu redup?"
"Karena sudah saatnya, mungkin"
"Saatnya?"
"Sudah saatnya untuk pergi"
"Tapi.. kenapa?"
"Karena aku sudah tidak bisa menciptakan kebahagiaanku di sini. Bertahun-tahun. Sudah cukup. Dan bunga sudah mulai mekar dengan segarnya. Secepat angin, kau pun tergoda untuk memetiknya kan? Sedangkan aku, hanya setitik noda di langit, yang kadang tak terlihat, dan terlalu antagonis."
"Ya. Kalau begitu pergilah. Memang tidak akan pernah ada tempat di sini. Pergilah, dan tolong, jangan kembali lagi."

***

Bumi Allah, 25 Sya'ban 1433 H
Bandung, 4 Juli 2013 M
Bella Fariza Hanifa

0 Comment(s):

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Spinning Blue Star With Falling Stars