Monday, November 5, 2012

Pergi dan Tinggalkan

Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullah

“Setiap yang bernyawa itu pasti akan mengalami kematian.”(QS. Ali 'Imran: 185)
Teman-teman ingat salah satu ayat Al-Quran tersebut?
Minggu ini, lantunan ayat itu selalu mengiang ditelingaku. Bagaimana tidak, dalam seminggu, aku mendengar lima kabar kematian secara berturut-turut. Allah Maha Besar, dengan segala kuasa-Nya, mungkin ingin memberi tamparan kepada kita semua, kepada hamba-Nya, yang disayangi-Nya, yang masih senang berbuat dosa. Astagfirullah.

Tepat satu minggu yang lalu, salah satu orang hebat yang pernah aku kenal, meninggal karena Allah menakdirkannya demikian. Ya. Sebut saja seperti itu. Aku tidak ingin menyalahkan pihak manapun yang membuat sepotong batang pohon itu, seolah memilih, untuk menimpa dan membuat seniorku terluka parah. Itu mungkin memang kelalaian suatu pihak. Tapi, aku sangat yakin, bahkan tidak ada daun yang jatuh tanpa izin dan sepengetahuan dari Pemiliknya. Ya. Batang pohon itu juga. Jatuh menimpa seniorku, sudah pasti Allah juga yang menggerakan.

Kaget? Ya. Bahkan rasanya ada sesuatu yang tiba-tiba kosong. Aku memang tidak dekat dengannya. Tapi menjadi juniornya selama 4 tahun sudah cukup membuatku bisa melihat bahwa dia memang orang hebat. Ya. Dan bukan hanya aku yang merasakan hal itu.



Sehari setelah kabar duka itu datang, kembali, aku diingatkan oleh Allah bahwa kematian itu pasti, dan sangaaaat dekat. Kali ini aku memang tidak mengenalnya. Tapi aku tau dia juga masih di usia muda. Sangat muda. Ya, hati ini rasanya digetarkan lagi. Lantunan ayat-ayat tentang kematianpun kembali aku dengar.

Hanya selang dua sampai tiga hari, kabar duka itu datang lagi. Kini yang dirindukan oleh Pemiliknya adalah bibi dari sahabat dekatku. Meninggal karena sakit. Sakit yang cukup parah, menurutku. Semoga sakitnya kemarin merupakan cara Allah menghapus dosa-dosanya sebelum akhirnya Allah memanggilnya. Aamiin.

Taukah, teman-teman, hati ini rasanya dicambuk, ditampar berkali-kali. Sampai akhirnya kemarin malam, aku mendengar kabar duka dari dua orang mahasiswi kedokteran yang jauh di sana. Meninggal karena Allah menakdirkan rem bus yang mereka naiki blong. Dan dengan cara itu Allah memanggil mereka. Aku sama sekali tidak mengenal keduanya. Tapi satu diantaranya, adalah teman dari sahabatku juga. Dari ceritanya, aku tau dia sangat lovable, sangat hangat, dan mungkin menjadi salah satu orang hebat bagiku.

Aku jadi teringat, perkataan seorang ustadz di sebuah pengajian. Ustadz tersebut berkata, "Orang hebat itu, lebih sering disebut namanya, justru setelah ia meninggal. Seperti Nabi Muhammad juga Imam Syafi'i." Ya. Allah sudah menunjukkan itu. Berkali-kali, dalam waktu seminggu ini. Contohnya adalah seniorku, dan seorang mahasiswa kedokteran yang aku ceritakan tadi. Keduanya, meninggal dalam kecelakaan atau incidental event. Keduanya, memiliki banyak orang yang menyayangi mereka. Keduanya, adalah orang hebat. Dan keduanya, memang menjadi sangat sering disebut namanya, setelah kepergiannya.

Ustadz itu juga berkata, "kematian itu nikmat bagi orang yang beriman". Ya. Karena di alam barzakh, akan menjadi tempat istirahat bagi mereka yang beriman. Bagi mereka yang beriman.

Aku selalu suka kalimat, "menjadi penting itu baik, tapi menjadi baik itu lebih penting". Bukan tentang seberapa penting kita ada di dunia, tapi seberapa besar kita telah memberi manfaat bagi orang lain di dunia. Karena sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Seringkali aku merasa malu, dengan orang-orang hebat yang pernah aku tau, yang pernah aku kenal. Sudah sebanyak apa bekalku untuk akhirat nanti? Sudah sejauh apa persiapanku untuk sesuatu yang sudah pasti itu? Sudah sebesar apa manfaat yang aku berikan untuk orang lain? Sudah seberapa besar baktiku untuk orangtua?

Kita tidak bisa memilih, kita tidak tau kapan waktunya, dimana tempatnya, dan dengan cara apa kita akan meninggal. Tapi seharusnya, ketidaktau-an itu lah yang menjadi pendorong kita untuk terus memperbanyak bekal yang baik selama Allah masih memberi kesempatan.

Dan dari kematian kita, apa yang mau kita tinggalkan? Apa hanya sebatas jasad yang nantinya akan membusuk di dalam kubur. Atau ada kebaikan yang akan kita tinggalkan, yang akan terus terkesan dan terkenang di hati orang-orang yang kita dahului?
"Harimau mati meninggalkan belangnya. Gajah mati meninggalkan gadingnya."

Pepatah itu benar kan? Selalu ada yang ditinggalkan. Baik atau buruknya. Kalau untuk ini, kita bisa memilih kan?

Terakhir, semoga kematian orang-orang terdekat kita selalu menjadi pengingat kita untuk terus melakukan tobat. Tobat itu berarti tidak melakukan dosa yang sama. Tobat yang sebenarnya. Tobat yang sesungguhnya.

Iman memang naik turun. Tapi saat iman kita "turun dua" kita harus bisa menaikan iman kita lebih dari "dua", sehingga kurva keimanan kita akan terus meningkat, meskipun naik turun. Menaikan iman? Tobat, dan charge iman minimal setiap minggu. Charge iman? Salah satunya dengan mentoring atau ikut pengajian, atau baca buku-buku keislaman, atau ikut acara-acara keagamaan. Luruskan niat. Supaya istiqamah.

Semangat untuk kita semua :D

Bella Fariza Hanifa
Jatinangor, 6 November 2012 M
Bumi Allah, 21 Dzulhijjah 1433 H 

0 Comment(s):

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Spinning Blue Star With Falling Stars