Friday, February 24, 2012

Tanpa

Bissmillahirrahmaanirrahiim..

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sepertinya perasaan seperti ini sudah menjadi bagian dari dalam diri ini.
Selalu bersama dengan mereka, tapi tak seutuhnya menjadi bagian dari mereka.

Aku memang tidak terlalu suka menjadi pusat perhatian.
Seringkali aku hanya ikut memilih apa yang banyak orang pilih.

Tidak punya pendirian?
Mungkin iya, mungkin tidak.
Karena aku hanya tidak pandai berpendapat.

Tidak seutuhnya menjadi bagian dari mereka.
Ya. Memang seperti itu.

Tapi aku sudah cukup bahagia dengan keadaan seperti ini.
Aku tidak perlu benar-benar merasa menjadi bagian dari mereka.
Aku hanya perlu bersyukur karena takdir Tuhan ini.



Memang menyenangkan, bila bisa menyatu dengan mereka.
Aku sudah berusaha.
Dan selalu gagal.
Bahkan tak jarang rasa cemburu dan sakit yang kudapat.

Tapi untuk apa mengharapkan kebaikan orang lain jika aku tidak dapat berbuat baik, bahkan kepada orang-orang terdekatku saat ini.

Aku sudah cukup bahagia dengan keadaan seperti ini.
Aku sudah cukup bahagia karena mereka masih mempertimbangkan kehadiranku.
Aku sudah cukup bahagia karena mereka masih bisa bersabar menghadapiku.

Aku sangat bersyukur atas ini semua :)

Sahabat?
Dulu aku memang ingin sekali memiliki seorang sahabat.
Aku mendapatkannya, dulu.
Tapi ia direnggut.
Dingin itu merenggutnya.
Dan bangku taman itu.

Sahabat.
Entahlah. Bahkan aku tidak yakin apa sekarang aku memiliki bahkan satu orang sahabat.
Sahabat.
Sebuah kata yang dulu sangat menyenangkan. Tapi kini menyakitkan bila aku membacanya.

Tiga tahun aku menganggapnya sahabat. Tapi kenyataannya, selama dua tahun ia menyimpan perasaan kesal padaku.

Sahabat?
Apa benar?
Sakit?
Ya.
Siapa yang salah?
Aku.

Aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Kecewa yang sama. Sakit yang sama. Sedih yang sama. Tangis yang sama. Jatuh yang sama.

Aku tidak mau lagi terlibat terlalu dalam di dalam sebuah persahabatan.
Cukuplah menjadi teman dekat mereka. Teman yang ada saat mereka membutuhkan.
Cukuplah menjadi teman sepermainan mereka.

Aku tidak mau lagi jatuh di harapan palsu yang sama. Harapan kosong akan terbalasnya sebuah perasaan kepada seorang sahabat.

Aku tidak bisa lagi sepenuhnya percaya pada siapapun.
Apapun itu, selama aku bisa menyimpannya sendiri, maka aku akan menyimpannya sendiri.

Untuk apa berbagi, bila yang dibagi malah tersinggung.
Untuk apa berbagi, bila yang dibagi malah merasa tidak dihargai.
Untuk apa berbagi, bila yang dibagi malah mencaci.

Tangis ini adalah yang terakhir.
Lihatlah!
Aku masih bisa menjadi naif!
Aku masih bisa tersenyum.

Karena aku juga memiliki mereka.
Tidak menjadi bagian dari mereka sepenuhnya bukanlah masalah.
Jika keadaan seperti ini tidak akan membuatku jatuh di sakit yang sama, maka inilah caraku.

Aku tau banyak orang memiliki sahabat.
Tapi aku, cukuplah Tuhan sebagai sahabat terbaikku.
Sahabat yang akan senantiasa membalas perasaannya padaku.
Sahabat yang akan senantiasa mendengar keluh kesahku.
Sahabat yang akan senantiasa menjadi tempatku berlindung.

Tuhan, Kau tau aku mencintainya lebih dari yang aku tau. Kau tau apa yang melemahkanku dan yang menguatkanku. Kau tau apa yang baik dan yang buruk untukku. Cukuplah Engkau dalam hati ini.

Sekalipun setelah Engkau mengizinkan seorang pendamping mengisi relung kosong ini, jangan tinggalkan aku, Tuhan. Kau tau aku membutuhkan-Mu lebih dari yang aku tau.

Bahagia itu diciptakan, bukan ditunggu. Maka aku akan membuat kebahagiaanku sendiri. Dengan caraku!

Bintang harus terus bersinar dengan sinarnya sendiri!
Redup itu hanya siklus kehidupan!
Sinarnya akan tetap ada.
Dan BINTANG AKAN TERUS BERSINAR.
Bahkan tanpa pelangi sekalipun!

Laa tahzan, innallaha ma'ana!

Bella Fariza Hanifa
Bumi Allah, 2 Rabiul Tsani 1433 H
Rancaekek, 24 Februari 2012 M

2 Comment(s):

Deryscha said...

apa aku bukan sahabat mu????

Unknown said...

Keluarga itu lebih dari sahabat, teh :) Yang aku maksud di sini, sahabat atau temen deket. Hehe.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Spinning Blue Star With Falling Stars